Other
Mengenal "Attachment Style" dan Pengaruhnya Dalam Hubungan Kamu Dengan Pasangan
07 October 2024
Source: Freepik
Tau nggak sih, Good Friends, teori ‘Attachment Style’ dapat didefinisikan sebagai cara seseorang membentuk ikatan dan menanggapi kebutuhan emosional. Teori ini juga mempengaruhi cara berinteraksi dengan orang lain dalam konteks hubungan pribadi dan sosial.
Saat masih anak-anak, attachment style menggambarkan gaya hubungan anak dengan orang tua atau pengasuhnya. Sementara saat dewasa, attachment style mencerminkan hubungan Anda dengan orang lain, kekasih, atau pasangan.
Istilah ini didirikan oleh seorang psikoanalis, John Bowlby, pada tahun 1950-an dan diperluas oleh Mary Ainsworth. Teori ini terbagi dalam beberapa jenis dan memiliki karakteristik masing-masing.
Apa saja jenis-jenis attachment style dan cirinya?
1. Secure Attachment Style
Secure attachment dianggap sebagai attachment style yang sehat. Pasalnya, anak yang sejak kecil merasakan attachment style ini umumnya punya hubungan yang baik dengan orang tuanya.
Anak yang mendapatkan secure attachment biasanya tumbuh menjadi orang dewasa yang punya rasa percaya diri dan mampu menjalani hubungan yang sehat dengan pasangan atau pun orang sekitarnya.
Ciri Secure Attachment Style:
- Kemampuan untuk mengatur emosi
- Mudah mempercayai orang lain.
- Kemampuan komunikasi yang baik.
- Kemampuan mencari dukungan emosional.
- Merasa nyaman saat sendirian dan tidak bergantung pada orang.
- Nyaman ketika menjalani hubungan dekat.
- Kemampuan untuk merefleksikan diri dalam menjalin kemitraan.
- Kemampuan mengelola konflik dengan baik.
- Memiliki harga diri yang tinggi.
Pemilik secure attachment style tumbuh dengan perasaan aman dari segi emosional dan fisik. Pada akhirnya, hal ini yang membuat mereka bisa berinteraksi dengan orang lain dengan cara yang sehat.
2. Avoidant Attachment Style
Attachment style ini terbentuk karena semasa kecil, orang tua atau pengasuhnya berharap ia bisa bersikap mandiri dan tidak tergantung pada orang lain. Gaya asuh dari attachment style ini juga cenderung kurang memberikan dukungan emosional kepada sang anak.
Oleh karena itu, anak yang tumbuh dengan pola asuh ini akan memiliki kecenderungan untuk menghindari komitmen dalam berhubungan ketika dewasa. Selain itu, mereka juga cenderung menjadi lebih mandiri dan enggan untuk mengandalkan orang lain. Mereka memiliki ketidakmampuan untuk terlibat dalam keintiman fisik dan emosional.
Avoidant Attachment Style biasanya:
- Sering ditinggalkan dan mengurus diri sendiri.
- Dipaksa untuk mandiri.
- Sering ditegur karena terlihat manja.
- Sering ditolak karena mengutarakan kebutuhan atau perasaan.
Anak yang tumbuh dengan karakter avoidant attachment style belajar untuk harus punya kemandirian yang kuat. Hal ini berujung pada ketidakmauan bergantung pada orang lain untuk mendapatkan perawatan atau dukungan.
Ciri Avoidant Attachment Style:
- Memiliki sikap mandiri, bahkan ada kecenderungan tidak membutuhkan orang lain
- Membatasi diri ketika ada yang mendekati
- Membatasi hubungan emosional dengan orang lain
- Mengabaikan perasaan orang lain bahkan meremehkan orang lain
- Memilih untuk menjalin hubungan percintaan yang singkat daripada hubungan jangka panjang
- Memiliki kesulitan untuk berkomitmen
- Meremehkan orang lain
- Memiliki kepercayaan yang kurang terhadap orang lain
- Membatasi interaksi sosial dengan orang lain atau lebih banyak menghabiskan waktu sendirian
- Terus-menerus menghindari keterikatan emosional atau fisik.
- Merasa tidak nyaman untuk mengungkapkan perasaan.
3. Anxious Attachment Style
Anxious attachment style adalah karakteristik yang takut akan penolakan, takut ditinggalkan, bergantung pada pasangan untuk mendapatkan validasi dan pengaturan emosional, serta kecenderungan kodependen.
Anak yang tumbuh dengan karakteristik ini memiliki pola asuh:
- Terkadang terlalu dimanjakan, kemudian diabaikan.
- Mudah menyerah.
- Terkadang penuh perhatian, kemudian cuek.
Pola asuh yang dialami oleh attachment ini biasanya punya orang tua yang tidak konsisten dalam memenuhi kebutuhan anaknya, sehingga mereka tumbuh menjadi mudah cemas.
Efek gaya asuh tidak konsisten ini membuat anak menjadi tidak mudah percaya dengan pasangannya di kemudian hari. Mereka takut untuk ditinggalkan oleh pasangan dan terus mencari keamanan dalam hubungannya.
Ciri Anxious Attachment:
- Sangat sensitif terhadap kritik.
- Memerlukan validasi dari orang lain.
- Kecenderungan cemburu.
- Tidak bisa sendirian.
- Merasa rendah diri.
- Merasa tidak layak untuk dicintai.
- Ketakutan yang sangat besar terhadap penolakan.
- Ketakutan yang signifikan akan ditinggalkan.
- Kesulitan mempercayai orang lain.
4. Fearful Avoidant atau Disorganized Attachment Style
Orang dengan fearful avoidant atau disorganized attachment style memiliki kesulitan untuk menenangkan emosi sendiri, sehingga merasa dunia luar begitu menakutkan dan tidak aman. Bahkan, orang dengan attachment style ini umumnya memiliki gangguan kesehatan mental atau gangguan kepribadian sehingga cenderung sulit menjalani hubungan yang sehat bila masalah mentalnya tidak ditangani dengan baik.
Attachment style ini dapat terbentuk karena beragam hal, tetapi umumnya karena kurangnya perhatian, pernah ditelantarkan, adanya trauma pada masa anak-anak, atau pernah mengalami pelecehan seksual.
Ciri Fearful Avoidant atau Disorganized Attachment Style:
- Takut akan penolakan.
- Ketidakmampuan untuk mengatur emosi.
- Perilaku yang kontradiktif.
- Tingkat kecemasan yang tinggi.
- Kesulitan mempercayai orang lain.
- Cenderung menghindar dan merasa cemas.
Attachment style ini juga terkait dengan kondisi kesehatan mental di masa dewasa, antara lain:
Itu dia 4 jenis attachment style dengan ciri dan penyebabnya masing-masing. Perlu diketahui, attachment style ini dapat mempengaruhi hubungan kamu dengan pasangan atau teman kamu, lho. Jika attachment style ini dirasa mengganggu, jangan ragu untuk menghubungi psikolog untuk mengatasi masalah attachment maupun kesehatan mental lainnya.